Selimut Debu By:Agustinus Wibowo Published on 2013-07-22 by Gramedia Pustaka Utama |Di sini semua mahal. Yang murah cuma satu: nyawa manusia.” Afghanistan. Nama negeri itu sudah bersinonim dengan perang tanpa henti, kemiskinan, maut, bom bunuh diri, kehancuran, perempuan tanpa wajah, dan ratapan pilu. Nama yang sudah begitu tidak asing, namun tetap menyimpan misteri yang mencekam. Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun. Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. SeManga, Manhua & Manhwat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan be...